Perempuan Berdaulat, Bumi dan Pangan Selamat

Perayaan Hari Perempuan se-Dunia Tahun 2023 di Siring Tendean Banjarmasin (foto:istimewa)

 

PORTALBANUA.COM - BANJARMASIN

Pemberitaan mengenai gagal panen akibat serangan hama dan cuaca ekstrim menghiasi pemberitaan lokal di Kalimantan Selatan (Kalsel), sepanjang 2022 lalu.

Gagal panen besar-besaran ini mengancam kedaulatan pangan di Kalsel, serta mengakibatkan tingginya harga beras sebagai makanan pokok masyarakat.

Fenomena ini bukan tanpa sebab, melainkan sudah diprediksi sebagai salah satu dampak krisis iklim yang menyebabkan perubahan cuaca yang sulit diprediksi bahkan menimbulkan cuaca ekstrim yang mempengaruhi ketersediaan pangan masyarakat.

Krisis iklim ini disebabkan oleh masifnya industri ekstraktif yang hanya mementingkan profit bagi segelintir orang, namun membawa celaka bagi banyak masyarakat lainnya.

Baca Juga: Eropa Alami Musim Dingin Terpanas Kedua

Kalsel sendiri tak urung menjadi lumbung banyak industri ekstraktif yang menghasilkan emisi besar dan memperparah kerusakan iklim, sebut saja industri pertambangan dan perkebunan kelapa sawit yang lahan konsensinya makin tahun makin luas, mengganggu ekosistem alam, menggusur masyarakat adat dan merusak habitat satwa.

Di tengah semua krisis itu, perempuan berada pada situasi rentan yang semakin dilemahkan. Dalam budaya patriarki yang masih mengakar kuat, kerja-kerja domestik seperti pengasuhan, penyediaan pangan bagi keluarga dan pengelolaan ekonomi keluarga adalah tanggung jawab perempuan. Ini saja telah membawa beban ganda bagi perempuan.

Krisis iklim dan dampaknya, seperti kegagalan panen yang berimbas pada naiknya harga bahan pokok tentu semakin mencekik, meminggirkan, dan merebut kedaulatan perempuan.

Baca Juga: Prakarsai Siska Ku Intip, Gubernur Kalsel Jadi Penerima Satyalancana Wira Karya

Solusi atas krisis iklim yang digelorakan pun belum menyasar akar dan inti permasalahan, justru penuh dengan greenwashing, misalnya saja dengan wacana-wacana food estate yang digaungkan demi ketahanan pangan di wilayah kepulauan Kalimantan.

Padahal, sudah banyak sekali bukti dan penelitian yang dikeluarkan oleh berbagai organisasi mengenai kegagalan-kegagalan food estate di masa lalu. Pun, industri-industri ekstraktif di Kalimantan Selatan masih tetap tumbuh dengan subur, meski telah banyak merugikan negara, misalnya dengan runtuhnya jalan nasional trans Kalimantan di Kabupaten Tanah Bumbu hingga memperparah krisis iklim yang saat ini telah kita hadapi bersama.

Tekait itu, dalam memperingati Hari Perempuan Sedunia 2023, Narasi Perempuan bersama beberapa organisasi kepemudaan Kalsel lainnya menggelar aksi damai yang tahun ini membahas keterikatan antar perempuan dan pangan, dengan tema “Perempuan Berdaulat, Bumi dan Pangan Selamat” di siring Piere Tendean, Rabu (8/3/2023).

Baca Juga: Beasiswa Bank Indonesia Kembali Dibuka

Eliyana, Ketua Narasi Perempuan, menyampaikan, aksi damai di momentum Hari Perempuan Internasional 2023 ini sebagai bagian dari respon perlawanan atas peminggiran perempuan, krisis iklim serta krisis pangan yang dihadapi oleh masyarakat Kalsel sepanjang tahun 2022.

“Berdasarkan hal tersebut, Kami menuntut agar : Menghentikan berbagai proyek food estate yang justru merusak keseimbangan ekosistem, mengancam kedaulatan pangan rakyat dan meminggirkan perempuan. Menghentikan pemberian izin baru bagi industri ekstraktif di wilayah Kalimantan Selatan dan mengkaji izin yang telah ada,” ujarnya.

Selain itu, meminta untuk mencabut omnibus law yang telah terbukti inkonstitusional bersyarat. Lindungi aktivis perempuan, aktivis lingkungan dan suara-suara kritis masyarakat. Lindungi wilayah masyarakat adat serta segera sahkan RUU Masyarakat Hukum Adat.

“Dan sahkan undang-undang yang melindungi hak-hak perempuan termasuk RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dan hentikan segala bentuk diskriminasi berbasis kemampuan tubuh dan gender,” imbuhnya. (adh/brt/tim)

Jangan lupa klik Follow Google News Portal Banua dan Cek Berita lainnya

 

0 Komentar